Nona, kau pantas untuk pergi
Halo nona! sudah sejauh mana kau berjalan menyusuri dunia yang masih tak bisa kau lihat ujungnya?
Nona telah lama hilang arah, tidak punya peta, tidak punya tujuan, dan tidak tahu arah. Tapi, bagaimana Pemilik semesta masih membiarkan dia di dunia ini?
Nona seringkali bertanya, tentang arti dirinya untuk hidup dan sebaliknya. “Untuk apa?” adalah pertanyaan yang selalu ada dalam kepalanya. Hidupnya telah lama tidak penuh dengan gairah.
Nona kebingungan, dia dibiarkan sendirian meraba jalan. Tapi, setiap jalan yang dia pilih selalu salah di mata orang. Salahnya sendiri, mengapa selalu mendengarkan orang lain yang tidak peduli bahkan dengan bagaimana nona berlari meraih impian?
Impian mana kali ini yang Nona bicarakan? bukannya telah lenyap karena dia memilih jalan mudah dibanding bersusah payah mengejar mimpinya? Tidak percaya pada diri sendiri, mendengarkan orang lain, lebih percaya mereka yang menilai bahwa Nona tidak mampu menggapai hal yang Nona angankan.
Kini, Nona tidak tahu lagi apa dan bagaimana harus bertahan. Atau bahkan tidak tahu lagi bagaimana cara berjalan. Nona, sepertinya kau telah mati.
Nona, tak lelahkah kamu selalu menyalahkan keadaan? Lihat! sekarang dengan siapa kamu bertahan? Sendirian. Nona, sejak awal kamu memang sendiri, bagaimana bisa kamu mengingankan orang lain untuk berbagi nestapa yang harusnya kamu tanggung seorang diri. Tidak ada manusia yang ingin untuk ikut hancur denganmu. Hancurlah sendirian.
Tidak ada yang perduli dengan air matamu, bahkan jika kamu buka matamu lebih lebar, mereka tertawa dengan keadaanmu saat ini.
Lihat juga orang-orang terdekatmu. Apakah mereka semua tahan dengan dirimu? Nona, sadarlah! Kau sungguh tidak tahu diri. Pergilah! menghilang, dan buatlah jarak dari mereka yang terus menerus merasa tersakiti karena hadirmu. Berilah lega dan bahagia untuk mereka dengan pergimu.